Inilah aku

inilah aku apa adanya

Kamis, 14 Oktober 2010

UNTUK IRMA

KENANGAN BERSAMA SRI IRMAWATI
Irma salah satu orang yang perna menjadi tambatan hatiku, meskipun tak lama tetapi dia cukup memberi warna bagi hidupku. Orangnya cantik, baik and manis. Sifat yang paling dai tonjolkan pada saat aku pacaran sama dia ialah sifat kekanak-kanakanya, dia juga memiliki sifat yang tidak disukai sama orang-orang , tapi aku justru suka. Yaitu tak mau dikalah, dan tak mau dipandang sebelah mata.
Aku tak bisa banyak cerita tentang kebersamaan aku dan dia, so aku hanya pacaran dua minggu lamanya. Aku menghilang dari hadapanya, tampa jejak . lama aku tak perna ketemu. Suatu waktu aku mau adakan kegiatan di Desa Labbo, disitulah kami ketemu kembali. Sebenarnya aku tertarik kembali saat melihat dia, tapi aku gak perna menyampaikan hal itu kedia. Dari situ, kami lanjut berkomunikasi lewat tehnologi, termasuk henfon dan internetan.
Akhirnya kami masing-masing sibuk dengan aktifitas sendiri. Kebetulan aku kuliah diMakassar dan dia masih sekolah. Ruang dan waktu yang menjadi pemisah diantara kami berdua. Dan hanya bisa curhat-curhatan ,melaui telekomunikasi. Dan pada saat itu kami tidak perna lagi ketemu. Mungkin hanya bisa ketemu satu kali dalam satu tahun, pada saat uda lebaran kami biasanya menyempatkan diri untuk silaturrami kerumahnya. Itu kulakukan karna aku menyayangi dia sebagai adikku sendiri dan diapun menyayangi aku sebagai kakak sendiri. Itu karena kami masing-masing uda memiliki pacar.
Karena kami tidak mau berhianak pada pacar masing-masing kami tidak merubah hubungan adik kakak menjadi pacar. Meskipun kami saling menyayangi.
Aku teringat saat dia keMakassar dalam rangka praktek di Universitas Hasanuddin Makassar.  Dia menghubungi aku dan minta aku menjenguknya sekaligus minta tolong untuk dibelikan perlengkapan kamar kozan. Hampir tiap hari aku kesana atas permintaanya juga, walaupun bukan pacarku yang meminta kaya gitu tapi aku tidak perna menolak. Suatu hari dia menlfonku dan memintaku untuk mencari data di Internet, katanya dia sangat membutuhkannya. Tak lama kemudian aku datang, Dan mengantarnya kewarnet, tapi sebelumnya aku juga mengantarnya kerumah teman sekolahnya dulu yang juga kuliah di Makassar, yaitu Ansar dan Risna. Aku kewarnet setelah aku antar kerumah teman-temanya dulu.
Aku brosing dan mencari data yang dibutuhkan Irma, akhirnya kami mendapatkanya. Dan dia sangat senang melihat hal itu. Karena tidak ada lagi data yang kucari, keybortpun aku serahkan kedia untuk buka faceboonya. Setelah lama cahting, dia tertawa terbahak-bahak karena ada yang lucu katanya. Karena dia makin tertwa, makanya aku sering cubit dia. Dan menatap dia, diapun membalas tatapanku, akhirnya aku bertatapan denganya. Aku semakin dekat padanya dan memeluknya. Yang aku tunggu teguran dari dia, tapi dia tidak menegurku, yang nampakn dari matanya, dia suka hal itu. Memeluknya begitu hangat, sambil memeluknya, “ Mo’…. Boleh gak aku cium kamu?” dia menudukan kepalanya tampa kata, yang kuartikan sebagai kesiapanya untuk kucium karena dari raut mukanya menujukan kata ia. Aku mecium pipihnya untuk kedua kalinya, setelah dikamar kozanya. Aku menciumnya mungkin sampai lima kali diwarnet itu. Dia memeluk tanganku, dan menciumku yang pertama kalinya.
Irma kuantar pulang. Dan  sebagai prtemuan kedua dari terakhirku diMakassar, dia uda hampir penarikan dari prakteknya. Dan setelah itu komunikasi saya uda gak nyambung lagi. Dia marah saat aku make HP ernik ( pacarku) untuk sms kenomornya. Dan sampe sekarang dia belum bisa aku ajak smsan, setiap aku sms kedia selalu berkata sabri siapa ya,tapi gak apa-apa kok dan muda-mudahan dia mau memaafkanku atas perlakuanku kedia. Sekali lagi maafkan aku Irma.

Jumat, 08 Oktober 2010

KENYATAAN TAK TERLIHAT


KENYATAANYA TAK TERLIHAT
Malam ini seharusnya aku bahagia karena aku kedatangan teman-temanku. Tapikenapa aku tidak merasakan hal itu, justru merasakan kejengkelan, mungkin karena aku tidak sepakat dengan tindakan mereka. Kedatangan mereka yang mengikutkan pacarnya kerumahku, sebenarnya tidak jadi masalah, namun mereka melampaaui batas kewajaran. Mereka berbuat seperti binatang yang begitu hina. Perbuatan tidak senonoh, kukatakanlah mereka berzina.
Si M, dan si A, inisial mereka. Aku tidak menyebutkan nama mereka karena aku masih mengedepankan penghargaan. Walaupun tak pantas lagi mereka dihargai. Itu karena mereka tidak menghargai dirinya sendiri yang diciptakan oleh Tuhan yang begitu sempurna ketimbang ciptaan yang lainya. Manusia yang diberi nafsu yang berbarengan dengan akal, sebagai alat untuk menuntun jalanya. Tetapi karena kegagalan manusia memafaatkan akal untuk mengimbagi nafsu, maka seperti inilah jadinya. Seperti apa yang terjadi pada teman- temanku.
Selain tidak menghargai diri sediri juga tidak menghargai seorang perempuan. Kerena tidak memperlakukaan perempuan pada yang sesunguhnya. Tetapi kalau dipikir, juga ada kesalahan perempuan karena dia begitu saja mengiyakan keinginan laki-laki yang suda jelas menyalahi norma kesusilalahan. Apakah dari kedua insan yang diciptakan Tuhan ini, suda lupa pada dirinya ?
Mugkin juga faktor lingkungan yang bisa dilihat untuk menarik kesimpulan untuk melihat permasalahan yang terjadi. Apakah Makassar sebagai kota metroplita yang punya ciri has, kebebasan, individualis yang menjadi pendukung untuk melanggar norma kesusilaan.
Mereka merasakan kebebasa melakukan hal yang kubicarakan, salah satunya karena mereka terlupuk dari pengawasan orang tua mereka , terkhusus yang kuliah di Kota Makassar. terbebas dari kungkungan sosiologis pedesaan dan serasa ada diklota dan harus mengikuti kebiasaan yang ada dikota. Karena kalau tida, mereka dikatakan kampungan, itulah yang tidak bisa diterima.
Siapa yang harus bertanggun jawab dengan kenyataan ini ?. apa kita harus menyalahkan orangnya, orang tuanya, lingkunganya, pergaulanya atau menyalahkan kota ini ?.
Aku berkeyakinan , apa yang terjadi ditempatku ini hanyalah sebagian kecil dari kejadian yang kubicarakan. Diluar sana, masih banyak kejadian seperti ini. Berciuman bagi mereka yang menganggap dirinya berpacaran adalah sah-sah saja. Kata cinta sebagai payung mereka, menjual kata cinta untuk melakukan perzinahan, penghancuran dan kezaliman. Apakah kita menyepakati hal itu?.
Dilain tempat, berapa perempuan yang pecah selapuk darahnya? Mungkin tidak terhitung banyaknya. Meskipun saya tidak perna melakukan penelitian ilmiah mengenai hal ini, tetapi saya berani dan bertanggun jawab mengatakan  “ sembilan pulu sembilan persen mahasiswa